Partly Clouds

Large field with cloud in the sky.

In the morning

Backyard on the edge of the river with boats.

Perfect City

Structuring a city full of warmth.

Future House

Romantic with beauty garden.

Angle of beauty city

Lights illuminate the city.

Kamis, 16 Mei 2013

Al-Khawarizmi (Penemu Bilangan Nol)



            Nama Asli dari al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibnu Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff. Beliau dilahirkan di Bukhara. Beliau hidup di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad.  Ia dipanggil dengan sebutan al-Khawarizmi untuk menunjukkan tempat kelahirannya. Tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi.

Pendidikan
Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan saja meliputi bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logik, aritmatik, geometri, musik, kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia. Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropa. Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi. Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory iaitu tempat menekuni belajar matematik dan astronomi. Al-Khawarizmi juga dipercayai memimpin perpustakaan khalifah. Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan India pada dunia Islam. Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia Pelbagai Disiplin. 
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan aljabar dan hisab. Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematik dan menghasilkan konsep-konsep matematik yang begitu popular sehingga digunakan pada zaman sekarang.

Penemu Bilangan Nol
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, algoritma berarti prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Nama itu berasal dari nama julukan al-Khawarizmi. Karya Aljabarnya yang paling monumental berjudul al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wal-Muqabalah (Ringkasan Perhitungan Aljabar dan Perbandingan). Dalam buku itu diuraikan pengertian-pengertian geometris. Ia juga menyumbangkan teorema segitiga sama kaki yang tepat, perhitungan tinggi serta luas segitiga, dan luas jajaran genjang serta lingkaran. Dengan demikian, dalam beberapa hal al-Khawarizmi telah membuat aljabar menjadi ilmu eksak.
Dalam bukunya, al-Khawarizmi memperkenalkan kepada dunia ilmu pengetahuan angka 0 (nol) yang dalam bahasa Arab disebut sifr. Sebelum al-Khawarizmi memperkenalkan angka nol, para ilmuwan mempergunakan abakus, semacam daftar yang menunjukkan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya, untuk menjaga agar setiap angka tidak saling tertukar dari tempat yang telah ditentukan dalam hitungan.
Akan tetapi, hitungan seperti itu tidak mendapat sambutan dari kalangan ilmuwan Barat ketika itu, dan mereka lebih tertarik untuk mempergunakan raqam al-binji (daftar angka Arab, termasuk angka nol), hasil penemuan al-Khawarizmi. Dengan demikian, angka nol baru dikenal dan dipergunakan orang Barat sekitar 250 tahun setelah ditemukan al-Khawarizmi. Dari beberapa bukunya, al-Khawarizmi mewariskan beberapa istilah matematika yang masih banyak dipergunakan hingga kini. Seperti sinus, kosinus, tangen dan kotangen.
Karya-karya al-Khawarizmi di bidang matematika sebenarnya banyak mengacu pada tulisan mengenai aljabar yang disusun oleh Diophantus (250 SM) dari Yunani. Namun, dalam meneliti buku-buku aljabar tersebut, al-Khawarizmi menemukan beberapa kesalahan dan permasalahan yang masih kabur. Kesalahan dan permasalahan itu diperbaiki, dijelaskan, dan dikembangkan oleh al-Khawarizmi dalam karya-karya aljabarnya. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan apabila ia dijuluki ”Bapak Aljabar.”
Bahkan, menurut Gandz, matematikawan Barat dalam bukunya The Source of al-Khawarizmi’s Algebra, al-Khawarizmi lebih berhak mendapat julukan “Bapak Aljabar” dibandingkan dengan Diophantus, karena dialah orang pertama yang mengajarkan aljabar dalam bentuk elementer serta menerapkannya dalam hal-hal yang berkaitan dengannya.
Di bidang ilmu ukur, al-Khawarizmi juga dikenal sebagai peletak rumus ilmu ukur dan penyusun daftar logaritma serta hitungan desimal. Namun, beberapa sarjana matematika Barat, seperti John Napier (1550–1617) dan Simon Stevin (1548–1620), menganggap penemuan itu merupakan hasil pemikiran mereka.
Selain matematika, Al-Khawarizmi juga dikenal sebagai astronom. Di bawah Khalifah Ma’mun, sebuah tim astronom yang dipimpinnya berhasil menentukan ukuran dan bentuk bundaran bumi. Penelitian itu dilakukan di Sanjar dan Palmyra. Hasilnya hanya selisih 2,877 kaki dari ukuran garis tengah bumi yang sebenarnya. Sebuah perhitungan luar biasa yang dapat dilakukan pada saat itu. Al-Khawarizmi juga menyusun buku tentang penghitungan waktu berdasarkan bayang-bayang matahari.
Buku astronominya yang mahsyur adalah Kitab Surah al-Ard (Buku Gambaran Bumi). Buku itu memuat daftar koordinat beberapa kota penting dan ciri-ciri geografisnya. Kitab itu secara tidak langsung mengacu pada buku Geography yang disusun oleh Claudius Ptolomaeus (100–178), ilmuwan Yunani. Namun beberapa kesalahan dalam buku tersebut dikoreksi dan dibetulkan oleh al-Khawarizmi dalam bukunya Zij as-Sindhind sebelum ia menyusun Kitab Surah al-Ard.
Selain ahli di bidang matematika, astronomi, dan geografi, Al-Khawarizmi juga seorang ahli seni musik. Dalam salah satu buku matematikanya, ia menuliskan pula teori seni musik. Pengaruh buku itu sampai ke Eropa dan dianggap sebagai perkenalan musik Arab ke dunia Latin. Dengan meninggalkan karya-karya besarnya sebagai ilmuwan terkemuka dan terbesar pada zamannya, Al-Khawarizmi meninggal pada 262 H/846 M di Baghdad.
Setelah al-Khawarizmi meninggal, keberadaan karyanya beralih kepada komunitas Islam. Yaitu, bagaimana cara menjabarkan bilangan dalam sebuah metode perhitungan, termasuk dalam bilangan pecahan; suatu penghitungan Aljabar yang merupakan warisan untuk menyelesaikan persoalan perhitungan dan rumusan yang lebih akurat dari yang pernah ada sebelumnya.
Di dunia Barat, Ilmu Matematika lebih banyak dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibanding karya para penulis pada Abad Pertengahan. Masyarakat modern saat ini berutang budi kepada al-Khawarizmi dalam hal penggunaan bilangan Arab. Notasi penempatan bilangan dengan basis 10, penggunaan bilangan irasional dan diperkenalkannya konsep Aljabar modern, membuatnya layak menjadi figur penting dalam bidang Matematika dan revolusi perhitungan di Abad Pertengahan di daratan Eropa. Dengan penyatuan Matematika Yunani, Hindu dan mungkin Babilonia, teks Aljabar merupakan salah satu karya Islam di dunia Internasional.

Pribadi al-Khawarizmi
Kepribadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam maupun dunia Barat. Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan bahwa“pencapaian-pencapaian yang tertinggi telah diperoleh oleh orang-orang Timur..” dalam hal ini Al-Khawarizmi. Tokoh lain, Wiedmann berkata “al-Khawarizmi mempunyai kepribadian yang teguh dan seorang yang mengabdikan hidupnya untuk dunia sains".
Beberapa cabang ilmu dalam Matematika yang diperkenalkan oleh al-Khawarizmi seperti: geometri, aljabar, aritmatika dan lain-lain. Geometri merupakan cabang kedua dalam matematika. Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euklid : geometri dari segi bahasa berasal daripada perkataan yunani iaitu ‘geo’ yang berarti bumi dan ‘metri’ berarti pengukuran. Dari segi ilmu, geometri adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubungan dengan magnitud dan sifat-sifat ruang. Geometri ini dipelajari sejak zaman firaun [2000SM]. Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Yunani sebagai satu sains dalam kurun abad ke 6 SM. Seterusnya sarjana Islam telah menyempurnakan kaidah pendidikan sains ini terutama pada abad ke 9M.
Algebra/aljabar merupakan nadi matematika. Karya Al-Khawarizmi telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropa pada abad ke-12. sebelum munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M. Sebelum ini tak ada istilah aljabar.

Peranan dan Sumbangan Al-Khawarizmi 
Gelaran Al-Khawarizmi yang dikenali di Barat ialah al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-karismi, al-Goritmi atau al-Gorism. Nama al-gorism telah dikenali pada abad pertengahan. Negara Perancis pula al-Gorism muncul sebagai Augryam atau Angrism. Negara Inggeris pula ia dikenali sebagai Aurym atau Augrim. Sumbangan Al-Khawarizmi Melalui Karya Sumbangan hasil karya beliau sendiri, antaranya ialah :
1.      Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
2.      Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan matematik dan telah mengemukakan 800 buah soalan yang sebahagian daripadanya merupakan persoalan yamng dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
3.      Sistem Nombor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem nombor pada zaman sekarang.

Hasil karya tersebut terkenal pada zaman tamadun Islam dan dikenali di Barat. Antara hasil karya yang telah beliau hasilkan ialah :
1.      Sistem Nombor : ia telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin iaitu De Numero Indorum.
2.      ‘Mufatih al-Ulum’ : yang bermaksud beliau adalah pencinta ilmu dalam pelbagai bidang.
3.      Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind : Karya ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Prince Boniopagri.
4.      Al-Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Pada tahun 820M dan ia mengenai algebra.
5.      Al-Amal bi’ Usturlab’
6.      Al-Tarikh
7.      Al-Maqala Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabilah.

Karya
Karya terbesar beliau dalam matematika, astronomi, astrologi, geografi, kartografi, sebagai fondasi dan kemudian lebih inovatif dalam aljabar, trigonometri, dan pada bidang lain yang beliau tekuni. Pendekatan logika dan sistematis beliau dalam penyelesaian linear dan notasi kuadrat memberikan keakuratan dalam disiplin aljabar, nama yang diambil dari nama salah satu buku beliau pada tahun 830 M, al-Kitab al-mukhtasar fi hisab al-jabr wa'l-muqabala "Buku Rangkuman untuk Kalkulasi dengan Melengkapakan dan Menyeimbangkan”, buku pertama beliau yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12.
Pada buku beliau, Kalkulasi dengan angka Hindu, yang ditulis tahun 825, memprinsipkan kemampuan difusi angka India ke dalam perangkaan timur tengah dan kemudian Eropa. Buku beliau diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Algoritmi de numero Indorum, menunjukkan kata algoritmi menjadi bahasa Latin.
Beberapa kontribusi beliau berdasar pada Astronomi Persia dan Babilonia, angka India, dan sumber-sumber Yunani.
Sistemasi dan koreksi beliau terhadap data Ptolemeus pada geografi adalah sebuah penghargaan untuk Afrika dan Timur –Tengah. Buku besar beliau yang lain, Kitab surat al-ard("Pemandangan Bumi";diterjemahkan oleh Geography), yang memperlihatkan koordinat dan lokasi dasar yang diketahui dunia, dengan berani mengevaluasi nilai panjang dari Laut Mediterania dan lokasi kota-kota di Asia dan Afrika yang sebelumnya diberikan oleh Ptolemeus.
Ia kemudian mengepalai konstruksi peta dunia untuk Khalifah Al-Ma’mun dan berpartisipasi dalam proyek menentukan tata letak di Bumi, bersama dengan 70 ahli geografi lain untuk membuat peta yang kemudian disebut “ketahuilah dunia”. Ketika hasil kerjanya disalin dan ditransfer ke Eropa dan Bahasa Latin, menimbulkan dampak yang hebat pada kemajuan matematika dasar di Eropa. Ia juga menulis tentang astrolab dan sundial.

Buku I – Aljabar
Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wa-l-muqābala: Buku Rangkuman Kalkulasi dengan Melengkapkan dan Menyeimbangkan) adalah buku matematika yang ditulis tahun 830.
Buku tersebut merangkum definisi aljabar. Buku ini diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin berjudul Liber algebrae et almucabala oleh Robert of Chester (Segovia, 1145) dan juga oleh Gerard of Cremona.
Metode beliau dalam menyelesaikan linear dan notasi kuadrat dilakukan dengan meredusi notasi ke dalam 6 bentuk standar (dimana b dan c adalah angka positif)
  • ·         Angka ekual kuadrat (ax2 = c)
  • ·         Angka ekual akar (bx = c)
  • ·         Kuadrat dan akar ekual (ax2 + bx = c)
  • ·         Kuadrat dan angka akar ekual (ax2 + c = bx)
  • ·         Akar dan angka kuadrat ekual (bx + c = ax2)
  • ·         Kuadrat ekual akar (ax2 = bx)

Dengan membagi koefisien dari kuadrat dan menggunakan dua operasi aljabar penyimpanan atau melengkapkan) dan al-muqābala (menyeimbangkan). Aljabar adalah proses memindahkan unit negatif, akar dan kuadrat dari notasi dengan menggunakan nilai yang sama di kedua sisi. Contohnya, x2 = 40x - 4x2 disederhanakan menjadi 5x2 = 40x. Al-muqābala adalah proses memberikan kuantitas dari tipe yang sama ke sisi notasi. Contohnya, x2 + 14 = x + 5 disederhanakan ke x2 + 9 = x.
Beberapa pengarang telah menerbitkan tulisan dengan nama Kitāb al-ǧabr wa-l-muqābala, termasuk Abū Ḥanīfa al-Dīnawarī, Abū Kāmil (Rasāla fi al-ǧabr wa-al-muqābala), Abū Muḥammad al-‘Adlī, Abū Yūsuf al-Miṣṣīṣī, Ibnu Turk, Sind bin ‘Alī, Sahl bin Bišr, dan Šarafaddīn al-Ṭūsī.

Buku 2 - Dixit algorizmi
Buku kedua besar beliau adalah tentang aritmatika, yang bertahan dalam Bahasa Latin, tapi hilang dari Bahasa Arab yang aslinya. Translasi dilakukan pada abad ke-12 oleh Adelard of Bath, yang juga menerjemahkan tabel astronomi pada 1126.
Pada manuskrip Latin,biasanya tak bernama,tetapi umumnya dimulai dengan kata: Dixit algorizmi ("Seperti kata al-Khawārizmī"), atau Algoritmi de numero Indorum ("al-Kahwārizmī pada angka kesenian Hindu"), sebuah nama baru di berikan pada hasil kerja beliau oleh Baldassarre Boncompagni pada 1857. Kitab aslinya mungkin bernama Kitāb al-Jam’a wa-l-tafrīq bi-ḥisāb al-Hind ("Buku Penjumlahan dan Pengurangan berdasarkan Kalkulasi Hindu")

Buku 3 - Rekonstruksi Planetarium
Peta abad ke-15 berdasarkan Ptolemeus sebagai perbandingan. Buku ketiga beliau yang terkenal adalah Kitāb ṣūrat al-Arḍ "Buku Pemandangan Dunia" atau "Kenampakan Bumi" diterjemahkan oleh Geography), yang selesai pada 833 adalah revisi dan penyempurnaan Geografi Ptolemeus, terdiri dari daftar 2402 koordinat dari kota-kota dan tempat geografis lainnya mengikuti perkembangan umum.
Hanya ada satu kopi dari Kitāb ṣūrat al-Arḍ, yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Strasbourg. Terjemahan Latinnya tersimpan di Biblioteca Nacional de España di Madrid. Judul lengkap buku beliau adalah Buku Pendekatan Tentang Dunia, dengan Kota-Kota, Gunung, Laut, Semua Pulau dan Sungai, ditulis oleh Abu Ja’far Muhammad bin Musa al-Khawarizmi berdasarkan pendalaman geografis yamg ditulis oleh Ptolemeus dan Claudius.
Buku ini dimulai dengan daftar bujur dan lintang, termasuk “Zona Cuaca”, yang menulis pengaruh lintang dan bujur terhadap cuaca. Oleh Paul Gallez, dikatakan bahwa ini sanagat bermanfaat untuk menentukan posisi kita dalam kondisi yang buruk untuk membuat pendekatan praktis. Baik dalam salinan Arab maupun Latin, tak ada yang tertinggal dari buku ini. Oleh karena itu, Hubert Daunicht merekonstruksi kembali peta tersebut dari daftar koordinat. Ia berusaha mencari pendekatan yang mirip dengan peta tersebut.

Buku 4 - Astronomi
Buku Zīj al-sindhind ("tabel astronomi”) adalah karya yang terdiri dari 37 simbol pada kalkulasi kalender astronomi dan 116 tabel dengan kalenderial, astronomial dan data astrologial sebaik data yang diakui sekarang.
Versi aslinya dalam Bahasa Arab (ditulis 820) hilang, tapi versi lain oleh astronomer Spanyol Maslama al-Majrīṭī (1000) tetap bertahan dalam bahasa Latin, yang diterjemahkan oleh Adelard of Bath (26 Januari 1126). Empat manuskrip lainnya dalam bahasa Latin tetap ada di Bibliothèque publique (Chartres), the Bibliothèque Mazarine (Paris), the Bibliotheca Nacional (Madrid) dan the Bodleian Library (Oxford).

Buku 5 - Kalender Yahudi
Al-Khawārizmī juga menulis tentang Penanggalan Yahudi (Risāla fi istikhrāj taʾrīkh al-yahūd "Petunjuk Penanggalan Yahudi"). Yang menerangkan 19-tahun siklus interkalasi, hukum yang mengatur pada hari apa dari suatu minggu bulan Tishrī dimulai; memperhitungkan interval antara Era Yahudi (penciptaan Adam) dan era Seleucid ; dan memberikan hukum tentang bujur matahari dan bulan menggunakan Kalender Yahudi. Sama dengan yang ditemukan oleh al-Bīrūnī dan Maimonides.

Karya lainnya
Beberapa manuskrip Arab di Berlin, Istanbul, Tashkent, Kairo dan Paris berisi pendekatan material yang berkemungkinan berasal dari al-Khawarizmī. Manuskrip di Istanbul berisi tentang sundial, yang disebut dalam Fihirst. Karya lain, seperti determinasi arah Mekkah adalah salah satu astronomi sferik.
Dua karya berisi tentang pagi (Ma’rifat sa’at al-mashriq fī kull balad) dan determinasi azimut dari tinggi (Ma’rifat al-samt min qibal al-irtifā’).
Beliau juga menulis 2 buku tentang penggunaan dan perakitan astrolab. Ibnu al-Nadim dalam Kitab al-Fihrist (sebuah indeks dari bahasa Arab) juga menyebutkan Kitāb ar-Ruḵāma(t) (buku sundial) dan Kitab al-Tarikh (buku sejarah) tapi 2 yang terakhir disebut telah hilang.

Al-Kindi (Matematikawan Islam)

Al-Kindi

          Al-Kindi dilahirkan di Kufah tahun 185 H/801 M dan meninggal di Baghdad tahun 256 H/ 869 M. Ia adalah filsuf besar pertama Arab dan Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah. Ayahnya bernama Ibnu as-Sabah pernah menjabat sebagai gubernur Kufah pada masa al-Mahdi (755–785 M) dan Harun al-Rasyid (786–809 M). Kakeknya, Asy’ats bin Qais, dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW. Kalau nasabnya ditelusuri, al-Kindi juga keturunan Ya’rib bin Qathan yang berasal dari daerah arab bagian selatan dan dikenal sebagai raja di daerah Kinadah.

Mengenai pendidikannya di waktu kecil dan guru-gurunya yang telah mengajar ilmu pengetahuan sampai kini tidak diketahui dengan jelas. Tetapi sebagai seorang yang tumbuh dan dibesarkan di Kufah yang merupakan pusat perkembangan ilmu, khususnya ilmu kimia, dan dibarengi dengan kecerdasan dan semangatnya dalam menggali ilmu pengetahuan, maka tidaklah mengherankan bila al-Kindi berhasil menguasai banyak ilmu pengetahuan. Ada suatu riwayat menyebutkan bahwa ia pernah tinggal di Basrah dan belajar di Baghdad ketika ia telah dewasa, serta mendapat lindungan dari Khalifah al-Ma’mun (813–833 M) dan Khalifah Mu’tasim (833–842 M). Sebagai orang yang beraliran Mu’tazilah, maka ia mulai belajar filsafat di Baghdad, dan pada masa itu adalah masa penerjemahan buku-buku yunani dan al-Kindi juga turut aktif dalam gerakan penerjemahan itu.
Al-Kindi hidup di peristiwa mihnah yang memperdebatkan tentang kemakhlukan al-Quran. Dan ia mengadopsi pemikiran Mu’tazilah. Dan ia juga banyak berhubungan dengan khalifah diwaktu itu,khususnya al-Mu’tashim khalifah kedua bani ‘Abbas yang beraliran Muktazilah yang menjadikan Aqidah resmi bagi pemerintahan. Al-Kindi adalah fisuf yang berbangsa arab dan dipandang sebagai filsuf muslim pertama. Memang, secara etnis al-Kindi lahir dari keluarga berdarah arab yang berasal dari suku Kindah, salah satu suku besar dari daerah jazirah arab selatan. Di antara kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat yunani pada kaum muslimin setelah terlebih dahulu meng-Islamkan pikiran-pikiran asing tersebut. 
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu. Tetapi di antara dari sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal itu disebabkan karena matematika bagi al-Kindi adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin mempelajari filsafat. Mukadimah itu begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika. Matematika disini meliputi tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi. Tetapi yang paling utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah ilmu bilangan atau aritmatika karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Disini kita bisa melihat samar-samar pengaruh filsafat Pitagoras. 
Dalam matematika, ia menulis empat buku tentang sistem bilangan dan meletakkan dasar dari sebagian besar aritmatika modern. Tidak diragukan sistem angka Arab sebagian besar dikembangkan oleh al-khawarizmi, tetapi al-Kindi juga membuat kontribusi yang kaya untuk itu. Dia juga memberikan kontribusi untuk geometri bola untuk membantu dirinya dalam studi astronomi. Ia telah menghasilkan beberapa buku mengenai sistem penomoran, yang kemudian menjadi dasar aritmatika modern. Selain itu, al-Kindi juga memberikan kontribusi besar dalam bidang geometri bola, bidang yang sangat mendukungnya dalam studi astronomi. Bersama al-Khawarizmi dan Banu Musa bersaudara, ia diberi tugas menerjemahkan karya-karya filosof Yunani dalam bahasa Arab oleh Khalifah al-Makmun. 
Dalam kimia, ia menentang gagasan bahwa logam dasar bisa diubah menjadi logam mulia. Berbeda dengan pandangan alkimia yang berlaku, ia tegas bahwa reaksi kimia tidak bisa membawa transformasi elemen. Dalam fisika, ia membuat kontribusi kaya untuk optik geometri dan menulis buku tentang itu. Buku ini kemudian dengan pedoman yang disediakan dan inspirasi bagi ilmuwan terkemuka seperti Roger Bacon. 
Dalam pengobatan, kontribusi utamanya terdiri dari fakta bahwa ia adalah orang pertama yang secara sistematis menentukan dosis untuk administrasi yang terdaftar dari semua obat yang dikenal pada waktu itu. Hal ini diselesaikan pandangan benturan-ting yang berlaku di antara dokter pada dosis yang menyebabkan kesulitan dalam menulis resep. 
Sangat sedikit yang diketahui pada aspek ilmiah musik di zamannya. Ia menunjukkan bahwa berbagai catatan yang bergabung untuk menghasilkan harmoni, memiliki lapangan khusus masing-masing. Dengan demikian, catatan dengan terlalu rendah atau terlalu tinggi pitch yang adalah non-pleatant. Tingkat harmoni tergantung pada frekuensi catatan, dll Ia juga menunjukkan kenyataan bahwa ketika suara diproduksi, itu menghasilkan gelombang di udara yang menyerang telinga-drum. Karyanya berisi notasi dalam menentukan pitch. 
Dia adalah seorang penulis yang produktif, jumlah buku yang ditulis oleh dia adalah 241, yang menonjol antara yang dibagi sebagai berikut: 
Astronomi 16, Aritmatika 11, Geometri 32, Kedokteran 22,Fisika 12, Filsafat 22,
Logic 9, Psikologi 5, ar, d Music 7.

Filsafat al-Kindi adalah mencari kebenaran dengan menggunakan filsafat merupakan usaha paling tinggi dan mulia terutama tentang filsafat metafisika yaitu guna mengetahui kebenaran. Sebab kebenaran dari segala kebenaran yaitu yang maha satu / Allah. 
Corak dan bentuk filsafat al-Kindi tidak banyak diketahui karena buku-bukunya tentang filsafat banyak yang hilang. Baru pada zaman belakangan, para peminat filsafat menemukan kurang lebih 20 risalah al-Kindi dalam tulisan tangan. Mereka yang berminat besar menelaah filsafat Islam, baik kaum orientalis barat maupun orang-orang Arab sendiri, telah menerbitkan risalah-risalah tersebut. Dengan demikian, orang mudah menemukan kejelasan mengenai posisi dan paham al-Kindi dalam filsafatnya. Menurut al-Kindi, filsafat adalah pengetahuan kepada yang benar (knowledge of truth). Al-Quran yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat. Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus menjadi tujuan dari keduanya. 
Dengan demikian, menurut al-Kindi, orang yang menolak filsafat berarti mengingkari kebenaran. Dia mengibaratkan orang yang mengingkari kebenaran tersebut tidak jauh berbeda dengan orang yang memperdagangkan agama, dan orang itu pada hakekatnya tidak lagi beragama karena ia telah menjual agamanya. Pada beberapa hal, al-Kindi sependapat dengan filosof terdahulunya seperti Plato dan Arisoteles. Namun, dalam hal-hal tertentu, al-Kindi mempunyai pandangannya sendiri. 
Para sejarawan sepakat untuk menempatkan al-Kindi sebagai seorang muslim pertama yang mempelajari filsafat. Selain seorang filosof, al-Kindi juga dikenal juga sebagai penerjemah terbaik di masanya. Sepeninggal al-Kindi, muncullah filosof-filosof muslim kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Di antara mereka adalah Al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal. 
Menurut George Atiyeh karya-karya tulis Al-Kindi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan mencapai sebanyak 270 risalah. Risalah-risalah itu, baik oleh Ibnu Nadim maupun Qifthi, dikelompokkan dalam 17 kelompok, yaitu: 1. Filsafat, 2. Logika, 3 . Ilmu hitung, 4. Globural, 5. Musik, 6. Astronomi, 7. Geometri, 8. Sperikal, 9. Medis, 10. Astrologi, 11. Dialektika, 12. Psikologi, 13. Politik, 14. Meteorologi, 15. Dimensi, 16. Benda-benda pertama, 17. Spesies tertentu logam dan kimia.

Selasa, 14 Mei 2013

Jagalah Dia Untukku


Pagi Bekasi, aku membuka jendela kamarku. Malam telah berganti pagi, menyisakan embun pagi yang akan segera hilang tertelan hangatnya mentari. Kicauan burung terdengar mengalun, memberikan keindahan pagi ini. Sebentar membantu kedua orangtua menyiapkan sarapan kemudian bergegas mandi untuk pergi ke sekolah.
Fazriyah Azzahra. Aku gadis yang shalehah, terlahir dari keluarga yang harmonis dan berkecukupan. Walaupun aku bukan terlahir dari keluarga seorang ustad atau ustadzah, bukan juga keluaran pesantren, tapi aku bisa menjadi penyemangat ibadah keluargaku.
Jarum jam tanganku sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Setelah menyantap sarapan buatan mamah, segera aku melangkah menuju sekolah. Aku menyusuri lorong sekolah menuju kelas namun sebelumnya aku harus melewati perpustakaan, laboratorium dan ruang guru.
“Gubrak..!!” Aku menabrak sesuatu dihadapanku membuat semua buku-buku genggamanku terjatuh. Siapakah sosok yang kutabrak ini, mencoba menoleh ke arahnya. Nampaknya seorang pria tinggi, berkulit putih dan shaleh.
“Hati-hati yah..” ucapnya melepas senyum dari bibirnya.
Aku menatap wajahnya dalam-dalam. Bibirku berat untuk berucap, seperti ada sebuah sengatan listrik yang menyambar tubuhku, terutama hati ini. Nafasku begitu berat.
“Kamu gak apa-apa kan?” tanyanya menyadarkan lamunanku.
“Gak kok” seraya membungkuk memunguti buku-bukuku yang terjatuh. Kulanjutkan langkahku. Namun masih terbayang sosok pria tadi. *teeng* suara bel mengagetkan lamunanku. Lalu aku dengan tergopoh-gopoh berlari menuju kelasku.
“Assalamu’alaikum Faz, kau telat lagi, Pak Bahri pelajaran pertama loh” Sapa Kheisya, teman sebangku ku.
“Waalaikumsalam Sya. Hehe.. Tadi ada gangguan pas kesini” Jawabku. Entah kenapa aku masih belum ingin menceritakan soal kejadian tadi kepada sahabatku ini. Mungkin aku perlu menenangkan diri sebentar. Selama pelajaran Pak Bahri, aku masih melamunkan sosok pria itu. Siapakah pria itu?
*****
Angin di pagi itu berhembus sangat pelan. Sementara suara-suara kesibukkan terasa terdengar ke telinga. Tak lupa, aku ucap syukur kepada Allah, karena aku masih diberikan anugerah untuk bisa membuka mata kembali dan menikmati indahnya alam ini.
“Selamat pagi mah..” Kudekati mamah yang sedang memasak nasi goreng untuk sarapanku. Kucium keningnya.
“Selamat pagi anakku tersayang, tumben pagi ini ceria sekali” Aku hanya balas dengan senyuman. Pagi ini terasa ada yang mengganjal di hati.
*****
Di sekolah aku bercerita kepada Kheisya tentang kejadian soal kemarin.
“Assalamu’alaikum Kheisya” Aku segera menyapa Kheisya yang sedang duduk sambil melihat ke luar jendela.
“Wa’alaikumsalam Fazriyah” Ia melontarkan senyum lesung pipitnya kepadaku.
Kemudian aku menyimpan tasku di atas meja, duduk di sebelah Kheisya, lalu terdiam sejenak. “hahhh…” Aku menarik nafas panjang untuk melepas lelahku berjalan dari rumah sampai ke kelas ini. Suasana ruang kelas yang berisik seakan telah menjadi senandung rutin tiap harinya. Disudut depan kanan sana, sudah banyak yang bergossip, sedangkan di sudut belakangnya mereka sibuk mengerjakan tugas yang belum terselesaikan di rumah atau memang mereka lupa mengerjakannya. Entahlah.
“Sya, kemarin aku bertemu dengan pria yang tampan dan shaleh. Ia menabrakku saat keluar dari ruang guru. Apa kamu kenal sama dia?”
“Ouh iya katanya ada kabar kalau di sekolah kita ada anak baru, namanya Fatih, dia anak XII 4. Dia seorang pemuda yang tekun beribadah, rajin mengaji, tidak banyak cakap tapi pekerja keras, kalau kata iklan sih ‘talk less do more’ hehe..” Aku mendengarkan dengan teliti, Kheisya menceritakan tentang Fatih panjang lebar. Heran, dia dapat info sebenyak itu dari siapa?
*****
Bel istirahat berbunyi, murid-murid pun berjalan menuju arah kantin. Aku dan Kheisya pun begitu. Tiba-tiba saja mataku terbelalak tertuju ke arah pria yang sedang duduk di meja kantin pojok sana.
“Kheisya, temani aku menemui kak Fatih yuk”
“Boleh, tapi jangan lama-lama yah, perut aku udah kerocongan nih” tukasnya. Dengan jalan perlahan aku datangi kak Fatih yang sedang duduk.
“Kak, maaf soal kemarin pagi. Saya tidak sengaja” Kataku.
“Oh, yang kemarin itu, gpp kok, lupain aja itu ketidaksengajaan”
“Kalau boleh tau nama kakak siapa?”
“Saya Fatih, kelas XII 4”
“Saya Fazriyah kelas XI 2. Salam kenal ya kak” Lalu aku dan Kheisya bergegas pergi dari tempat kak Fatih berada.
Hatiku berbunga-bunga, rasanya bahagia bukan kepalang. Aku seperti mendapat sebuah hadiah terindah karena aku bisa berkenalan dengannya. Duduk bersandar di bangku taman sambil menikmati snack yang baru saja kubeli di kantin bersama sahabatku Kheisya. Kebiasaan inilah yang kulakukan menghabiskan jam istirahat.
*****
Diketika hari mulai meredam, mentari hanya tersenyum sedikit saja. Aku masih terdiam tanpa kata, karena masih memikirkan pemuda itu. Aku merasa hal ini adalah yang paling bodoh yang dirasakan olehku.
Saat itu juga aku mencoba hempaskan tubuhku yang lunglai diatas kasur. Sejenak melepas penat di kepala. Kak Fatih memang sangat taat beribadah termasuk dalam menjaga hatinya dari cinta yang belum waktunya. Memang kak Fatih dambaan semua wanita terutama aku.
“Subhanallah, pemuda itu tampan sekali shaleh pula, tapi sayang aku bukan siapa-siapanya dan tidak berhak memandangnya terlalu lama.” Kataku dalam hati. Hari demi hari akhirnya aku kenal dan akrab dengan kak Fatih karena setiap acara pengajian kami selalu bertemu.
Aku senang karena bisa akrab dengan kak Fatih, tapi aku selalu berusaha menetralisir hatiku karena aku belum berani mengubah rasa senang ini menjadi cinta. Aku punya anggapan bahwa berani mencintai harus berani menikah sehingga cinta itu bisa terjaga dari godaan syaiton, sedangkan aku merasa belum siap untuk menikah.
Aku berdo’a meminta pada Allah, “Ya Allah, aku menyukai seorang lelaki bernama Fatih, tapi demi menjaga hatiku agar selalu tetap mencintai-Mu, agar bisa jauh dari nafsu semata, Jangan dekat-dekat dengan zina aku belum berani mencintainya, karena saat ini aku belum siap menjadi halal baginya. Semua ini aku lakukan karena cintaku pada-Mu jauh lebih besar. Maka dari itu aku menitipkan dia pada-Mu, semoga Engkau masih menjaganya untukku, jadikan dia jodoh yang baik bagiku. Saat ini aku ingin mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik untuknya. Semoga Engkau meridhoi niat baikku ini. Aamiin”
*****
Hari demi hari tidak ada hubungan spesial antara aku dan kak Fatih, tidak ada komunikasi yang berarti kecuali masalah-masalah mengenai kegiatan masjid. Hingga saatnya perpisahan kelas XII tiba. Kemudian handphoneku berdering tanda SMS masuk, isinya seperti ini:
From : Kak Fatih
Assalamu’alaikum.. Fazriyah tunggu aku hinga batas waktunya tiba
           
             Aku bingung, apa sebenarnya maksud dari SMS itu. Sempat ku balas:
To : Kak Fatih
Waalaikumsalam. Batas waktu? Maksudnya? Menunggu untuk apa?

             Namun tak ada jawabnya lagi. Aku pun tidak terlalu memikirkannya dan fokus dengan belajar untuk masa depanku.
             *****
          (7 tahun kemudian) Pada hari itu, terdengar pintu rumahku diketuk. Aku sudah lulus kuliah bidang kedokteran. Segera ku bukakan pintu dan betapa kagetnya aku ketika melihat kak Fatih bersama temannya mengunjungi rumahku.
            “Assalamu’alaikum”
            “Waalaikumsalam”
            “Faz bisa ganggu sebentar?”
            “Iya boleh, ada apa kak?”
            “Ada yang mau saya bicarakan”
            “Oh boleh, silahkan masuk saja”
            “Terimakasih”
            Saya memanggil ayahku untuk menemaniku menerima tamu yang bukan muhrim. Saat itu Fatih telah menjadi seorang pengusaha fashion muslim.
           “Emmmm, gini Faz saya kesini mau mengatakan sesuatu” Kak Fatih berkata dengan suara bergetar dan gugup.
            “Menyampaikan apa kak?”
            “Saya kesini ingin melamar kamu Faz”
            “Tujuan membentuk bahtera keluarga kakak apa?”
            “Insyaallah saya ingin memiliki keluarga sakinah mawadah warohmah yang taat pada Allah, berada di bawah naungan jalan dakwah”
        Setelah aku berbincang cukup lama dengan keluargaku, maka aku memutuskan untuk menerima lamaran kak Fatih. Ternyata dalam kebahagiaan mendengar putusan itu, kak Fatih tersenyum kecil kepadaku. Cara ia melihat tak bisa menyembunyikan rasa kebahagiaan yang terpancar wajahnya.
            “Alhamdulillah ya Allah, impian yang tak mungkin rasanya kudapatkan, ternyata dengan izin-Mu aku bisa mendapatkan orang yang aku sukai karena-Mu. Engkau mengabulkan segala do’a-do’aku” Kataku dalam batin.
           Bahkan cara aku dan kak Fatih bertemu pun suatu kisah yang tak bisa diduga dan ditebak, tak sangka dalam diam aku dan kak Fatih telah jatuh hati.
            Malam harinya, aku tak bisa tertidur karena terbayangkan bagaimana kak Fatih bisa menjadi calon suamiku. Anehnya lagi, tak sediktpun aku menyadari kalau kak Fatih menyukaiku.
            *****
           Tepat di pagi hari nan cerah, jarum jam telah berada di posisi angka sepuluh, aku dan kak Fatih resmi menikah.
         “Alhamdulillah, aku menjaga diriku utuh untukmu, untuk hari ini dan akhirnya Allah mempertemukan cinta dan kasih sayang kita. Semoga keluarga kita selalu mendapat Ridho dari-Nya” Dengan meneteskan air mata aku mengatakan di depan suamiku tercinta.
           “Aamiin.. Jadilah istri yang shalehah buatku” lalu suamiku mengecup keningku untuk pertama kalinya.
Betapa bahagianya hati ini ketika merasakan kemesraan yang sebenarnya. Hati kami selama ini sama-sama terjaga hingga akhirnya dipersatukan di dalam ikatan yang suci, dibawah ridho Allah, sah dimata manusia, sah dimata Allah.

TAMAT